
Tak lama setelah kematianya nama Nike Ardilla justru menjulang. Publik masih terus membicarakan Nike Ardilla. Majalah Asia Week menafsirkan Nike dalam sebuah kalimat satir “In Dead She Soared” atau “Dalam Kematian Dia Bersinar”. Setiap tahunnya ribuan penggemar yang tergabung dalam Nike Ardilla Fans Club (NAFC) melakukan ritual khusus pada tanggal 19 Maret dan 27 Desember yaitu berziarah ke makam dan mengadakan acara mengenang Nike seperti memutarkan film-film Nike dan menyanyikan lagu-lagu Nike di Bandung, tempat kelahiran dan tempat berpulangnya Nike. Sebuah museum juga didirikan di Jalan Soekarno-Hatta, Bandung. Semua barang-barang Nike tersimpan disana, seperti pakaian yang dikenakannya saat kejadian dan replika kamar Nike Ardilla. Selain itu, hampir semua album rekaman lagu-lagu Nike berhasil memperoleh penghargaan, terutama dari segi penjualan. Dalam rentang waktu yang relatif pendek, dia berhasil mengembangkan demikian jauh popularitas dan fanatisme penggemarnya bahkan melampaui apa yang diperoleh penyanyi terkenal yang sudah berkiprah puluhan tahun di dunianya.
In Dead She Soared (Dalam Kematian Ia Bersinar)
Penjabaran di atas sedikitnya sudah memberi gambaran soal the power of Nike Ardila: in dead she soared. Namun ada faktor X lain yang membuat namanya urung padam, yaitu kematiannya sendiri. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, maut menjemput Nike dalam sebuah kecelakaan tunggal di Jalan Riau, Bandung. Peristiwa nahas tersebut menjadi berita paling menggegerkan sepanjang tahun 1995. Media elektronik maupun cetak terus-menerus membahasnya selama tiga bulan berturut-turut.
Waktu usianya masih muda (19 tahun), saat berada di puncak popularitasnya, saat masyarakat tengah cinta-cintanya, belum lagi semua niatan baiknya terwujud, sang Bintang harus berpulang. Penggemarnya; tua-muda semua berderai air mata, diliputi rasa tak percaya. TKP kecelakaannya dikerumuni orang, bertaburan bunga. Ribuan pelayat mengantarkan jasadnya ke tempat peristirahatan terakhir.
Ada rasa belum puas atas kehadiran sosok Nike, khususnya di tengah para penggemar setia dan umumnya di tengah masyarakat Indonesia. Tetapi apa boleh buat, Sang Pencipta sudah memutus takdirnya, siapapun tak bisa menggugat. Karya-karya dan seluruh kebaikan Nike menjadi warisan yang tak ternilai bagi fans dan kita semua. Itulah sebab ia masih dielu-elukan hingga 21 tahun kematiannya. Tak menutup kemungkinan hingga 22 tahun, dan seterusnya, dan seterusnya, dan seterusnya.
"It's better to burn out, than to fade away." (Kurt Cobain mengutip Neil Young)
"We all die. The goal isn't to live forever, the goal is to create something that will." (Chuck Palahniuk)
Labels:
Artikel
Thanks for reading Nike Ardilla In Memoriam, Dalam Kematian Ia Bersinar . Please share...!
0 Comment for "Nike Ardilla In Memoriam, Dalam Kematian Ia Bersinar "