Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah
Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
Dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar
matahari
Seperti didengar lagi gerip daun pintu bambu
Lenguh sapi perahan dan anak-anak angsa bermain di halaman
Apa yang dibayangkan tentang Jakarta
Ternyata sangatlah jauh berbeda
Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara perlahan padam
Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih
tersisa
Ingin ditulis sepucuk surat dari istrinya
Bahwa di Jakarta ini bukan tempat yang ramah dan ia ingin
kembali
Tetapi sebagai lelaki ia pantang menyerah
Meski badai melanda ia terus melangkah
Ada sepotong doa tersimpan di saku
Kenangan merah jingga memaksanya bertahan...
0 Comment for "Ebiet G. Ade – Jakarta II"