Kisah Cinta Ebit G. Ade Dalam Quadrologi Camellia

Sejak awal era 90an silam saya mengagumi karya-karya maestro musik Indonesia Ebiet G. Ade, mungkin hingga saat inipun tidak berubah. Namun, masih menyisakan misteri pada quadrologi lagu Camellia. Ada beberapa rentetan lagu yang berjudul 'Camellia I' hingga 'Camellia IV (Requiem)' yang masih berhubungan satu sama lain. Simaklah lagu-lagu Camellia tersebut, maka anda akan menemukan keterkaitan satu sama lain, mulai dari lagu 'Camellia I' sampai lagu 'Camellia IV' sebagai penutup dari quadrologi lagu tersebut. Setelah saya cermati satu per-satu lagu-lagu itu, saya pun dapat menyimpulkan bahwasanya mungkinkah ini merupakan quadrologi cerita dengan alur beruntun dari sebuah kisah cinta Ebiet yang kelam dan membuat kita menitikkan air mata? Berikut jika saya simpulkan alurnya :

Camellia I => mengagumi seorang wanita
Camellia II => dalam fase mencintai sosok tersebut
Camellia III => mendekati / memilikinya
Camellia IV => melepas & merelakan kepergian

Pertama, lagu 'Camellia I', dalam syairnya merupakan pengungkapkan perasaan cinta yang mendalam untuk seorang gadis yang bang Ebiet metafora-kan sebagai sosok Camellia, banyak kata puitis dihujamkan dalam syair lagu tersebut, seolah sosok Camelia ini merupakan seorang bidadari, hingga keindahannya mempesonanya dan dituangkan dalam sebuah kata yang penuh makna “Sayap-saayapmu kecil lincah berkepak, seperti burung camar...”, “dia Camelia engkaukah gadis itu, yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku, datang untuk hati yang kering dan sepi...”, beginilah petikan yang tertulis dalam lagunya camellia 1, betapa agungnya sebuah cinta yang dilukiskan. Mungkinkah dapat ditafsirkan bahwa pada lagu camellia 1 ini, pertama dia mengenal seorang gadis tersebut, sampai dia melukiskan dan merindukannya. Tapi belum terjawab, apakah gadis tadi membalas kekaguman Ebiet. Dalam camellia 1 hanya sebatas mengagumi, dan memendam cinta yang belum tersampaikan.

Hingga kemudian terjawab dalam 'Camelia II'. Di lagu Camelia II ini, Ebiet mencoba melukiskan tentang cintanya untuk berusaha mendapatkan perhatian si gadis, sebuah prasasti cinta terlukis dalam baitnya “Inginku berlari Mengejar seribu bayangmu Camelia, Tak peduli kan kuterjang biar pun harusku tembus padang ilalang". Betapa agung martabat cinta yang coba terlukiskan, sebuah janji untuk mewujudkan impian bersanding dengan si gadis apapun yang menghadang akan dilaluinya. Sampai disini aku terkesima, lihatlah dalam baitnya: “Tiba-tiba langkahku terhenti, Sejuta tangan t'lah menahanku, Ingin kumaki, mereka berkata Tak perlu kau berlari mengejar mimpi yang tak pasti, Hari ini juga mimpi, Maka biarkan ia datang di hatimu... di hatimu...” coba kita uraikan, di awal Ebiet mencoba melukiskan sejuta janji untuk memperjuangkan si gadis namun apa mau dikata, banyak disekitar yang tidak mendukug perjuangannya, hingga mereka mencoba memberikan sebuah nasehat “tak perlu kau berlari mengejar semua mimpi yg tak pasti...” mungkin inilah yang membuat dalam lagu 'Camellia 2' ini lebih penekanan pada memendam kembali sebuah cinta. Kenapa harus di pendam sih? Entahlah, mungkin hanya impian saja untuk mendapatkan gadis tersebut, hingga pada lagu ini diceritakan kata cinta itu belum terucap jua..

Berlanjut lagu 'Camelia III', pada segmen ini digambarkan bahwa ia telah berhasil mengenal dan mendekati si gadis akan tetapi cobaan datang, kesalahan telah menghancurkan sebuah impian yang hampir nyata, tampak pada bait: “Disini kau petikkan kembang kemudian engkau selipkan pada tali gitarku, Maafkan bila waktu itu kucabut dan kubuang, kau pungut lagi dan kau bersihkan, engkau berlari sambil menangis, Kau dekap erat kembang itu, Sekarang baru aku mengerti ternyata kembangmu kembang terakhir, Yang terakhir”… Suatu bentuk “kesalahan” kecil yang dilakukan telah memupuskan mimpi itu, kesalahan apakah? yang jelas syair itu mempunyai makna yang sangat dalam, mungkin laki lakinya kurang begitu memperhatikan dan mengerti kemauan si gadis, sampai perpisahanpun terjadi. Dalam lagu camellia III ini, melukiskan rasa sesal karena telah membuat kecewa si gadis dan harus berpisah yang menjadi kenyataannya, padahal semua belum termulai tapi semua harus berakhir.

Hingga penyesalan yang teramat sangatpun terlukiskan dalam 'Camellia IV : (Requiem)': Sebuah retorika penyesalan yang mendalam, belum sampai impian terwujud, raga telah terpisah, dan pusara menjadi saksi kekecewaan. Penyesalan dan cinta yang abadi terlukis dalam bait: “Batu hitam diatas tanah merah, Disini akan kutumpahkan rindu, Kugenggam lalu kutaburkan kembang, Berlutut dan berdoa, Surgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimu Kematian hanyalah tidur panjang Maka mimpi indahlah engkau Camellia... “. Belum sempat cinta terbina, belum sempat bahagia tercipta, dan belum sempat menyatakan cinta, namun ia harus merelakan kepergiannya untuk selamanya. Pupus sudah harapan, hanya sebuah penyesalan yang dirasakan. Coba dilukiskan dengan kuat oleh mas ebith dalam bait syairnya di 'Camellia IV' ini merupakan akhir dari segala "Kisah Cinta dalam Quadrologi Camellia". Begitulah ceritanya, ternyata antara lagu Camellia I-IV adalah rentetan sebuah peristiwa cinta yang berakhir duka.
Labels: Artikel, Info Musik

Thanks for reading Kisah Cinta Ebit G. Ade Dalam Quadrologi Camellia. Please share...!

0 Comment for "Kisah Cinta Ebit G. Ade Dalam Quadrologi Camellia"

Back To Top