Dunia musik selalu melahirkan legenda-legenda yang mempunya cerita menarik. Masing-masing jenis musik selalu menghasilkan beragam pesona dari persona-persona luar biasa. Sang legenda selalu memiliki pesona yang selalu membuat pecintanya makin jatuh cinta. Dari beragam jenis musik di Indonesia, dari ribuan artis indonesia, dari angkatan lama hingga terbaru, nama Iwan Fals adalah legenda.
Berangkat dari musik jalanan, Iwan Fals sukses menyuarakan hatinya sendiri lewat lagu. Lagu-lagunya selalu berisikan pesan kemanusiaan, kemarahan atas ketidak adilan dan pemberontakan terhadap kesewenang-wenangan. Iwan fals bagaikan oase atas keringnya telaga kasih sayang dan kepedulian terhadap orang-orang yang dianggap marjinal. Untuk pecinta musik Indonesia, nama iwan fals tak akan pernah lekang.
Iwan fals terlahir dengan nama Virgiawan Listanto. Nama Iwan fals sendiri didapat ketika Iwan masih berjuang menghadapi kerasnya kehidupan jalanan. Roda nasib berjalan serta membawa sang legenda pada dunia hiburan. Saat itu, dunia hiburan tanah air belumlah sekomersial saat ini ketika sang legenda masih bisa leluasa menuangkan idealismenya dalam pita kaset rekaman. Tak pelak lagi, lagu-lagunya adalah cerminan kegelisahannya, serta boleh jadi adalah cerminan kegelisahan banyak orang.
Diantara jajaran penyanyi indonesia, Iwan berhasil menduduki posisi tertinggi di kalangan rakyat kebanyakan. Kalangan ini adalah kalangan yang tak pernah merasakan gemerlapnya panggung-panggung hiburan. Buat mereka, lagu-lagu Iwan adalah pelipur lara sekaligus harapan bahwa masih ada orang peduli di luar sana. Iwan bak tak pernah lelah menyuarakan kegelisahan banyak orang, terutama orang-orang yang tertindah meskipun lirik lagunya cukup berpotensi menggiringnya dalam masalah.
Ditengah iklim politik yang sangat ketat, iwan fals adalah satu dari sedikit penyanyi indonesia yang berani bertutur tentang sakitnya rakyat kecil dihajar oleh ketidak adilan yang tampak terjadi dimana-mana. Ancaman dari antek antek orang-orang yang merasa tersentil dan tersinggung tak membuat sang legenda beringsut. Iwan Fals tetap bergeming hingga kini. Kepeduliaannya pada rakyat kecil telah membuatnya berubah, dari orang tak tahu siapa dia, menjadi pujaan jutaan orang.
Simbol Perlawanan
Sejak sukses dengan album Sarjana Muda-nya, karier Iwan Fals seperti takterbendung. Album-album berikutnya mengalir deras. Opini (1982), Sumbang (1983), Barang Antik (1984), Sugali (1984), KPJ (Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985), Sore Tugu Pancoran (1985), Aku Sayang Kamu (1986), Ethiopia (1986), Lancar (1987), Wakil Rakyat (1988), 1910 (1988), Antara Aku, Kau dan Bekas Pacarmu (1988), dan Mata Dewa (1989). Ia juga terlibat bersama Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, dan Innisisri dalam album Swami (1989) yang berisikan lagu “Bento” dan “Bongkar” yang sangat fenomenal, kontroversial dan heroik. Banyak orang yang menafsirkan “Bento” adalah singkatan “Benci Soeharto”. Wallahu Alam. Oleh majalah musik Rolling Stone, lagunya yang berjudul “Bongkar” menerima penghargaan 150 lagu terbaik sepanjang masa.
Tak cukup sampai di situ, Iwan Fals mulai dekat orang-orang kritis seperti WS Rendra, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan pengusaha minyak Setiawan Djodi. Mereka berkolaborasi dalam proyek Kantata Takwa. Banyak bait-bait puisi WS Rendra yang penuh dengan kritik sosial diadopsi menjadi lagu mereka, seperti: Paman Doblang, Kesaksian, Rajawali, Nocturno, Orang-orang Kalah, Balada Pengangguran, dan Gelisah. Konser musik akbar Kantata Takwa yang diadakan pada 23 Juni 1990 di Stadion Utama Gelora Bung Karno sampai saat ini dianggap sebagai konser musik terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia, dilihat dari jumlah penonton dan teknologi yang dipakai. Kondisi sosial masyarakat saat itu yang penuh dengan ketimpangan dan ketidakadilan membuat Iwan Fals seakan menjadi simbol perlawanan.
Iwan Fals sudah menjadi idola, foto dan gambarnya ada di mana-mana. Tak ada anak muda yang tidak mengenal lagu-lagunya. Lagu-lagunya di putar di mana-mana, di kamar kost, angkot, pusat perbelanjaan, pasar, terminal, dan stasiun kereta. Seakan dengan mendengar dan menyanyikan lagunya rakyat merasa “ada yang membela”. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa konser musiknya banyak yang dipersulit, baik dengan cara halus seperti tidak diberi izin atau dengan cara kasar seperti pemadaman listrik tiba-tiba. Bahkan, dibubarkan secara paksa. Iwan Fals juga sempat ditahan oleh aparat keamanan selama 2 minggu karena menyanyikan lagu “Demokrasi Nasi”, “Pola Sederhana” dan “Mbak Tini” pada saat konser di Pekanbaru medio April 1984. Sejak saat itu, teror dan intimidasi kerap terjadi pada diri dan keluarganya. Tak heran apabila sepak terjang Iwan Fals di dunia musik membawanya pada julukan Asian Heroes oleh majalah Time.
Tak cukup sampai di situ, Iwan Fals mulai dekat orang-orang kritis seperti WS Rendra, Sawung Jabo, Jockie Surjoprajogo, dan pengusaha minyak Setiawan Djodi. Mereka berkolaborasi dalam proyek Kantata Takwa. Banyak bait-bait puisi WS Rendra yang penuh dengan kritik sosial diadopsi menjadi lagu mereka, seperti: Paman Doblang, Kesaksian, Rajawali, Nocturno, Orang-orang Kalah, Balada Pengangguran, dan Gelisah. Konser musik akbar Kantata Takwa yang diadakan pada 23 Juni 1990 di Stadion Utama Gelora Bung Karno sampai saat ini dianggap sebagai konser musik terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia, dilihat dari jumlah penonton dan teknologi yang dipakai. Kondisi sosial masyarakat saat itu yang penuh dengan ketimpangan dan ketidakadilan membuat Iwan Fals seakan menjadi simbol perlawanan.
Iwan Fals sudah menjadi idola, foto dan gambarnya ada di mana-mana. Tak ada anak muda yang tidak mengenal lagu-lagunya. Lagu-lagunya di putar di mana-mana, di kamar kost, angkot, pusat perbelanjaan, pasar, terminal, dan stasiun kereta. Seakan dengan mendengar dan menyanyikan lagunya rakyat merasa “ada yang membela”. Kondisi tersebut menyebabkan beberapa konser musiknya banyak yang dipersulit, baik dengan cara halus seperti tidak diberi izin atau dengan cara kasar seperti pemadaman listrik tiba-tiba. Bahkan, dibubarkan secara paksa. Iwan Fals juga sempat ditahan oleh aparat keamanan selama 2 minggu karena menyanyikan lagu “Demokrasi Nasi”, “Pola Sederhana” dan “Mbak Tini” pada saat konser di Pekanbaru medio April 1984. Sejak saat itu, teror dan intimidasi kerap terjadi pada diri dan keluarganya. Tak heran apabila sepak terjang Iwan Fals di dunia musik membawanya pada julukan Asian Heroes oleh majalah Time.
Labels:
Artikel
Thanks for reading Iwan Fals, Sang Pahlawan Asia. Please share...!
0 Comment for "Iwan Fals, Sang Pahlawan Asia"